Invasi dan Penetrasi Pada Perkembangan Fisik Kota
PERKEMBANGAN FISIK KOTA
Perkembangan
INVASI
Pembukaan wilayah pinggiran yaitu
perkembangan yang terjadi wilayah yang belum terbangun di pinggiran
kota baik di dalam wilayah administratif kota maupun di luar administratif
kota.
Invasi adalah penggantian fungsional di wilayah kota .
misalnya adanya kecenderungan tumbuhnya perumahan berskala besar dibagian
pinggiran kota.
DAMPAK
PERKEMBANGAN INVASI
Dampak
Positif Penetrasi
- · Penyebaran penduduk kota secara lebih merata
- · Pengembangan wilayah yang belum maju
- · Peningkatan efesiensi pemanfaatan lahan kota
- · Pengurangan tingkat kepadatan di bagian tengah kota
- · Pengadaan fasilitas dan utilitas umum perkotaan secara lebih merata
- · Ada indikasi terdesaknya penduduk dibagian luar kota
- · Ada indikasi terbentuknya enclave dibagian luar kota
- · Meningkatkan nilai dan harga lahan sehingga menjadi ajang spekulan lahan
- · Terjadi transfer konversi lahan diwilayan pertanian
Perkembangan
PENETRASI
Suatu perkembangan spontan yaitu perkembangan kawasan
kegiatan fungsional non perumahan ke
kawasan perumahan. Gejala ini menimbulkan perubahan penggunaan lahan dari sektor konsumtif (tempat
tinggal) menjadi sektor produktif (perdagangan,
perkantoran, kegiatan jasa, kelembagaan, hiburan) yang diikuti pula oleh sektor informal (pedagang kaki lima)
umumnya sepanjang jalan.
Dampak positif penetrasi
Penyebab Terjadinya Penetrasi
Setiap tahun Kota Bandung mengalami peningkatan jumlah penduduk maka konsekuensi logis dari pertambahan jumlah penduduk di perkotaan ini adalah adanya pertambahan kegiatan kota terutama dalam kegiatan sosial ekonomi, pertambahan arus transportasi dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Implikasi berikutnya dari keadaan di atas adalah semakin menurunnya kondisi lingkungan perkotaan, seperti meluasnya lingkungan kumuh, meningkatnya kemacetan lalu lintas, ketidakteraturan tapak kawasan, in-efisiensi penggunaan lahan, serta rendahnya tingkat pelayanan untuk keperluan utilitas umum (air bersih, sarana jalan, kebersihan, dll) baik dari segi keterjangkauan maupun kualitas pelayanan.
Perubahan pemanfaatan lahan pada dasarnya merupakan gejala normal sesuai dengan proses perkembangan dan pengembangan kota (Doxiadis, 1968). Perubahan pemanfaatan lahan dapat mengacu pada dua hal yang berbeda yaitu pemanfaatan lahan sebelumnya, atau rencana tata ruang. Perubahan yang mengacu pada pemanfaatan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya, sedangkan perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah pemanfaatan baru atas tanah (lahan) yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
Jenis perubahan pemanfaatan lahan dapat dibagi menjadi tiga cakupan, yaitu:
1. Perubahan fungsi (use), adalah perubahan jenis kegiatan.
2. Perubahan intensitas, mencakup perubahan KDB, KLB, kepadatan bangunan, dan lain-lain.
3. Perubahan teknis bangunan, mencakup antara lain perubahan GSB, tinggi bangunan, dan perubahan minor lainnya tanpa mengubah fungsi dan intensitasnya.
Fungsi perubahan lahan biasanya paling sering dan paling besar mengalami proses perubahan fungsi kawasan terutama dari fungsi perumahan ke fungsi baru, perubahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Bourne 1971):
1. Penetrasi yaitu terjadinya penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi yang homogen.
2. Invasi yaitu terjadinya serbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi tetapi belum melalui fungsi lama.
3. Dominasi yaitu terjadinya perubahan dominan proporsi fungsi dari fungsi lama ke fungsi baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru.
4. Suksesi yaitu pergantian selama satu kali dari suatu fungsi lama ke fungsi baru.
- Menyebabkan kepadatan atau kemacetan dikawasan pusat kota mengurangi beban fungsional kawasan pusat kota
- Menambah sub-sub pelayanan kota
- Mengurangi mobilitas penduduk dikawasan pusat kota
- Dampak negative penetrasi
- Pola pembangunan lahan yang cenderung tidak teratur/tidak tertib
- Meningkatkan kemacetan lalulintas jalan, parker dan penduduk di bagian wilayah kota tertentu
- Ketidakteraturan tata bangunan atau pola urban design di suatu bagian wilayan kota tertentu
- Kawasan perumahan yang makin terdesak sehingga mendorong terbaginya proses pertumbuhan invasive ke bagian pinggiran kota dan ini berdampak pada sector lain.
Penyebab Terjadinya Penetrasi
Setiap tahun Kota Bandung mengalami peningkatan jumlah penduduk maka konsekuensi logis dari pertambahan jumlah penduduk di perkotaan ini adalah adanya pertambahan kegiatan kota terutama dalam kegiatan sosial ekonomi, pertambahan arus transportasi dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Implikasi berikutnya dari keadaan di atas adalah semakin menurunnya kondisi lingkungan perkotaan, seperti meluasnya lingkungan kumuh, meningkatnya kemacetan lalu lintas, ketidakteraturan tapak kawasan, in-efisiensi penggunaan lahan, serta rendahnya tingkat pelayanan untuk keperluan utilitas umum (air bersih, sarana jalan, kebersihan, dll) baik dari segi keterjangkauan maupun kualitas pelayanan.
Perubahan pemanfaatan lahan pada dasarnya merupakan gejala normal sesuai dengan proses perkembangan dan pengembangan kota (Doxiadis, 1968). Perubahan pemanfaatan lahan dapat mengacu pada dua hal yang berbeda yaitu pemanfaatan lahan sebelumnya, atau rencana tata ruang. Perubahan yang mengacu pada pemanfaatan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya, sedangkan perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah pemanfaatan baru atas tanah (lahan) yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
Jenis perubahan pemanfaatan lahan dapat dibagi menjadi tiga cakupan, yaitu:
1. Perubahan fungsi (use), adalah perubahan jenis kegiatan.
2. Perubahan intensitas, mencakup perubahan KDB, KLB, kepadatan bangunan, dan lain-lain.
3. Perubahan teknis bangunan, mencakup antara lain perubahan GSB, tinggi bangunan, dan perubahan minor lainnya tanpa mengubah fungsi dan intensitasnya.
Fungsi perubahan lahan biasanya paling sering dan paling besar mengalami proses perubahan fungsi kawasan terutama dari fungsi perumahan ke fungsi baru, perubahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Bourne 1971):
1. Penetrasi yaitu terjadinya penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi yang homogen.
2. Invasi yaitu terjadinya serbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi tetapi belum melalui fungsi lama.
3. Dominasi yaitu terjadinya perubahan dominan proporsi fungsi dari fungsi lama ke fungsi baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru.
4. Suksesi yaitu pergantian selama satu kali dari suatu fungsi lama ke fungsi baru.
Pergantian fungsi lahan dari perumahan menjadi kegiatan perdagangan banyak terjadi di ruas-ruas jalan utama di kota disebabkan tingginya pergerakan penduduk, sehingga memiliki potensi sebagai daya tarik konsumen dan dianggap sebagai kawasan penetrasi kegiatan komersil yang potensial. Perubahan penggunaan lahan merupakan gejala yang normal sesuai dengan proses perkembangan dan pengembangan wilayah atau kota, yaitu pertumbuhan dan transformasi, berikut ini adalah pengertian mengenai pertumbuhan dan transformasi:
• Pertumbuhan yaitu mencakup semua jenis pemukiman baru termasuk di dalamnya pemukiman yang sama sekali baru dan perluasan pemukiman yang ada.
• Transformasi yaitu perubahan terus menerus bagian-bagian pemukiman perkotaan dan pedesaan untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagian penghuninya. Transformasi adalah proses yang sangat normal karena merupakan bentuk pengembangan yang lebih umum di bandingkan perluasannya, perluasan hanya terjadi satu kali, sementara transformasi dapat terjadi berkali-kali (Doxiadis, 1968).
Pertambahan penduduk kota meningkatkan kegiatan kehidupan sosial ekonomi kota, yang mengakibatkan kenaikan kebutuhan lahan. Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama yang berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan, bangunan fasilitas umum, sistem jaringan jalan, air bersih dan sanitasi serta ruang terbuka, sehingga penggunaan lahan perkotaan dilakukan dengan sangat efisien dan efektif berdasarkan aspek produktifitas dan ekonomi (Djohara Djayadinata: 1992; 140).
• Pertumbuhan yaitu mencakup semua jenis pemukiman baru termasuk di dalamnya pemukiman yang sama sekali baru dan perluasan pemukiman yang ada.
• Transformasi yaitu perubahan terus menerus bagian-bagian pemukiman perkotaan dan pedesaan untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagian penghuninya. Transformasi adalah proses yang sangat normal karena merupakan bentuk pengembangan yang lebih umum di bandingkan perluasannya, perluasan hanya terjadi satu kali, sementara transformasi dapat terjadi berkali-kali (Doxiadis, 1968).
Pertambahan penduduk kota meningkatkan kegiatan kehidupan sosial ekonomi kota, yang mengakibatkan kenaikan kebutuhan lahan. Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama yang berhubungan dengan perluasan ruang kota untuk digunakan bagi prasarana kota seperti perumahan, bangunan fasilitas umum, sistem jaringan jalan, air bersih dan sanitasi serta ruang terbuka, sehingga penggunaan lahan perkotaan dilakukan dengan sangat efisien dan efektif berdasarkan aspek produktifitas dan ekonomi (Djohara Djayadinata: 1992; 140).
Yates dan Garner (dalam Ina, 2001) membagi 6 (enam) kategori utama fungsi lahan perkotaan, yaitu :
a. Digunakan sebagai pemukiman.
b. Digunakan sebagai kegiatan industri.
c. Berfungsi sebagai kegiatan komersial.
d. Digunakan untuk jaringan jalan.
e. Berfungsi sebagai fasilitas umum.
f. dan lahan kosong.
Keenam hal inilah yang biasa digunakan diperkotaan dan memiliki kepentingan dan fungsi yang berbeda. Biasanya penetrasi terjadi karena beberapa hal diantaranya ialah semakin tingginya kegiatan perdagangan dan jasa di suatu kawasan tertentu sehingga merangsang pertumbuhan kegiatan perdagangan yang lebih besar lagi, dan terjadi di sepanjang jalur utama.
Post a Comment