Queen Sheeba atau Ratu Bilqis dan Negeri Saba di Indonesia? | Bloggerest Sumedang

Header Ads

Queen Sheeba atau Ratu Bilqis dan Negeri Saba di Indonesia?


Teori Pseudosains yang mengungkapkan bahwa Brorobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman AS telah menggemparkan dunia. Tanggapan Euforia pun banyak yang mendukung teori ini. Namun banyak pula yang mengkritisinya dengan cukup fakta dan ulasan yang mendalam.

Keberadaaan Borobudur sebagai peninggalan Nabi Sulaiman AS (?) tentu tak lepas dari negeri Saba yang dikisahkan dalam Al Quran dan juga Al Kitab Injil. Negeri Saba dipimpin oleh seorang ratu yang disebut Ratu Saba (Queen Sheeba / Ratu Bilqis). Banyak fakta-fakta yang memperkuat teori tersebut juga dilandasi dengan ayat-ayat Al Qur'an. KH. Fahmi Basya seorang perintis Dzikru Lil Alamien (DLA) sebagai pencetus teori inipun dengan keyakinan yang kuat dan berlandaskan tafsir Qur'an versi beliau.

Teori Pseudosains yang mengungkapkan bahwa Brorobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman AS telah menggemparkan dunia. Tanggapan Euforia pun banyak yang mendukung teori ini. Namun banyak pula yang mengkritisinya dengan cukup fakta dan ulasan yang mendalam.

Keberadaaan Borobudur sebagai peninggalan Nabi Sulaiman AS (?) tentu tak lepas dari negeri Saba yang dikisahkan dalam Al Quran dan juga Al Kitab Injil. Negeri Saba dipimpin oleh seorang ratu yang disebut Ratu Saba (Queen Sheeba/Ratu Bilqis). Banyak fakta-fakta yang memperkuat teori tersebut juga dilandasi dengan ayat-ayat AlQur'an. KH. Fahmi Basya seorang perintis Dzikru Lil Alamien (DLA) sebagai pencetus teori inipun dengan keyakinan yang kuat dan berlandaskan tafsir Qur'an versi beliau.

Jelaslah bahwa yang dipindahkan bukan Istana Ratu Bilqis dari negeri Saba tetapi Singgasananya atau kursi tempat duduknya. Dikisahkan bahwa singgasana tersebut telah berdampingan dengan singgasana Nabi Sulaiman AS agar Ratu Bilqis langsung duduk di sebelahnya.

Kisah ini tercantum dalam Surah An-Naml, berikut ini:
38. Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." 
39. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya." 
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI-Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya), dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." 
41. Dia berkata: "Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)."

Dengan demikian, pantas diajukan keberatan utama bahwa pemindahan adalah SINGGASANA bukan ISTANA. Dengan demikian pemindahan hanya terjadi pada kursi singgasana ratu bukanlah Istana Ratu Bilqis. Untuk mempersempit pembahasan kita menentukan dimana lokasi negeri Saba sebenarnya? karena kisah pemindahan Istana tidak terjadi.

Hipotesis bahwa Saba ada di Jawa dan terkait dengan Wanasaba (Wonosobo) menurut pendapat dari ahmadsamantho terlalu gegabah. Coba perhatikan lagi ayat yang QS.34:15, terjemahannya menurut beliau adalah “Dan sungguh adalah untuk Saba pada tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri.” Kalau kita baca teks arabnya maka yang dimaksud hutan itu adalah “jannah”. Para ulama sepakat bahwa kata jannah dalam ayat ini tidak bisa diartikan sebagai hutan, tetapi kebun, diayat lainnya bahkan diartikan surga. Beda sekali pengertian antara hutan dan kebun. Kita lihat bahwa beliau melakukan penterjemahan sekedar untuk mendukung pendapatnya. Dengan demikian haruslah ditolak.

Ada bagian terpenting dari kisah negeri Saba adalah adanya bencana banjir besar yang melanda negeri itu akibat jebolnya bendungan yang besar saat itu. Bendungan itu disebut Bendungan Ma'rib. Bendungan Ma'rib yang merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum Saba.

Reruntuhan Bendungan Ma'rib. Foto: nationalgeographic.com

Ketinggian dari bendungan di Ma'rib mencapai 16 meter, lebar 60 meter dengan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar. Dua dataran ini dihubungkan sebagai " Ma'rib dan dua dataran tanah " dalam prasasti Saba. Ungkapan dalam Al Qur'an yang menyebutkan " dua buah kebun disisi kiri dan kanan "menunjukkan akan kebun yang mengesankan dan kebun angur di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan system pengairan tersebut maka daerah ini sangnat terkenal memiliki pengairan yang terbaik dan kawasan paling subur di Yaman. J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria membuktikan berdasarkan dokumen tertulis bahwa bendungan Ma'rib telah ada sejak jaman kuno. Dalam dokumen tertulis dalam dialek Himer dihubungkan bahwa bendungan ini yang menyebabkan kawasan ini sangat produktif.

Inkripsi tentang Bendungan Ma'rib. Foto: nationalgeographic.com

Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad 5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan yang dilakukan ini ternyata tidak mampu memcegah keruntuhan bendungan ini tahun 542 AD. Runtuhnya bendungan tersebut mengakibatkan "banjir besar Arim" yang disebutkan dalam Al Qur'an serta mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Kebun-kebun anggur, kebun dan ladang-ladang pertanian dari kaum Saba yang telah mereka panen selama ratusan tahun benar-benar dihancurkan secara menyeluruh. Dan kaum Sab apun segera mengalami masa resesi yang terjadi setelah hancurnya bendungan tersebut. Negeri Saba berakhir dalam waktu tersebut yang dimulai dengan hancurnya bendungan


Dimanakah bendungan Ma'rib  itu?
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr (QS Saba' 15-16).

Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab.

Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut. Sementara itu, Borobudur dibangun pada Abad ke 8 M. Tedapat diskrepansi atau perbedaan waktu yang jauh.

Berkaitan dengan ini, Kyai FB juga mengetengahkan Hipotesis bahwa Nabi Sulaiman AS adalah orang Jawa dengan alasan 'hanya' ada kata SU pada nama Sulaiman yang mirip dengan nama-nama orang Jawa. Pertanyaannya, sejak kapan orang jawa ramai-ramai menggunakan nama SU? Tentu tidak ada kepastian. Jadi hipotesis bahwa nama dengan SU identik dengan nama Jawa, perlu dipertanyakan.

Mengenai Nabi Sulaiman adalah keturunan Jawa karena ia satu-satunya nabi yang menggunakan nama SU pantas diajukan keberatan. Bolehlah dikatakan hal itu hanya kebetulan saja. Kita harus melacak apakah orang-orang Jawa sudah lazim menggunakan nama SU sejak zaman kuno, sezaman dengan Borobudur. Mengingat Sulaiman adalah Raja maka kita harus menampilkan nama-nama Raja Jawa (atau bangsawan atau orang terkenal) yang dikenal dalam sejarah. Referensi untuk hal ini sangatlah banyak, saya menyebutkan sekedar contoh nama-nama raja tersebut (Era Mataram Hindu sampai Majapahit) : Aji Saka, Shima, Indrawarman, Sanjaya, Panangkaran, Syailendra, Panunggalan, Warak, Garung, Pikatan, Kayuwangi, Watuhumalang, Dyah Wawa, Tulodong, Daksa, Balitung, Mpu Sindok, Airlangga, Dharmawangsa Teguh, Jayabhaya, Tunggul Ametung, Arok, Dedes, Ndok, Lohgawe, Gandring, Prapanca, Anusapati, Tohjaya, Kebo Ijo, Ranggawuni, Wijaya, Nambi, Kebo Anabrang, Gajah Mada, Hayam Wuruk, Tribuana Tunggadewi, Suhita dan seterusnya. Kita lihat bahwa pada Zaman kuno nama dengan awalan SU belum lazim digunakan oleh orang Jawa. Sebagai perkecualian mungkin nama Raja Majapahit Suhita, tetapi nama ini baru muncul pada abad 15, tujuh abad setelah Borobudur.

Hal yang paling sederhana dalam budaya kita sebagai orang jawa dalam mengidentifikasi seseorang adalah: dia siapa, anak siapa dan bapaknya siapa? dengan konsepsi ini saja kita tinggal merunut (menelusuri) siapa Nabi Sulaiman AS, anaknya siapa? dan seterusnya. Nasab Nabi Sulaiman sangat jelas bahwa beliau adalah putera Raja/Nabi Daud AS dan lebih jauh lagi dirunut ke atasnya akan berjumpa dengan Bapak para nabi, yaitu Ibrahim AS. Jelas sekali bahwa Nabi Sulaiman AS adalah BUKAN Orang Jawa.


Foto: wirajhana-eka.blogspot.com

Benarkah surat lempengan emas nabi Sulaiman pernah ditemukan di bekas kolam Istana Ratu Boko di Jawa Tengah? Lempengan emas itu memang ada, tetapi bukan berbahasa Ibrani, Aramaic atau Arab, tetapi Jawa Kuno, bunyinya “Om Rudra ya namah swaha,” jika diartikan memang sejajar dengan Bismillahirrahmanirrahiim. Apakah ini surat Sulaiman seperti maksud Al Qur’an? Jelas tidak. Perhatikan ada kata-kata “RUDRA”, nama ini adalah istilah untuk Wisnu, dewa dalam trimurti. Apakah mungkin seorang nabi membuat kata pembuka surat yang jelas-jelas bertentangan dengan misi kenabian? Kesimpulannya, inskripsi emas itu adalah peninggalan hindu Jawa, dan tidak terkait dengan Nabi Sulaiman apalagi Al Qur’an.

Bila lempengan emas itu diidentifikasi oleh kyai FB sebagai bentuk lafadz Allah adalah salah. Jikapun itu dari Nabi Sulaiman, takkan ditulis dalam huruf Arab tetapi menggunakan huruf dan bahasa Ibrani atau Aramaic.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.